Resistensi antibiotik adalah kondisi suatu bakteri dalam tubuh manusia menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik. Penyebab resistensi ini dapat dikarenakan mutasi bakteri secara alami, maupun diakibatkan oleh pemakaian obat antibiotik yang tidak tepat. Setelah bakteri menjadi resisten terhadap suatu antibiotik, bakteri tersebut akan mewariskan sifat resisten itu kepada keturunannya, yang akan menjadi generasi resisten sehingga antibiotik tersebut tidak mampu membunuh spesies bakteri itu lagi.
Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Ketika terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik, pengobatan akan menjadi lebih sulit dan harus menggunakan antibiotik yang lebih kuat (dan lebih mahal). Apabila resistensi ini semakin berlanjut, bisa jadi bakteri akan kebal terhadap semua jenis antibiotik, sehingga tak akan ada lagi obat yang bisa membunuh bakteri tersebut. Akibatnya penyakit tidak akan bisa disembuhkan, dan mempertinggi angka kesakitan dan kematian manusia.
Penyebab umum terjadinya resistensi bakteri adalah tidak tepatnya penggunaan antibiotik oleh masyarakat. Seperti yang kita ketahui, antibiotik adalah golongan obat keras yang hanya bisa dibeli menggunakan resep dokter, akan tetapi sering kita jumpai masyarakat dapat membeli antibiotik secara bebas. Perilaku inilah yang membuat angka resistensi bakteri semakin meningkat. Setiap bakteri memiliki sifat dan karakteristik sendiri-sendiri, jenis antibiotiknya-pun berbeda-beda. Pemilihan antibiotik yang salah dapat menyebabkan kejadian resistensi.
Penyebab lain adalah karena putus obat. Dosis antibiotik harus dihabiskan secara penuh, bila berhenti meminum antibiotik di tengah jalan maka beberapa bakteri yang masih hidup akan menjadi resisten terhadap pengobatan antibiotik di masa depan. Kebanyakan pasien akan berhenti meminum antibiotik setelah gejala penyakit dirasakan menghilang dan kondisi tubuh membaik. Padahal hilangnya gejala penyakit tidak menjamin bahwa semua bakteri telah mati.
Kejadian resistensi bakteri bisa dikurangi dengan pemakaian antibiotik secara bijaksana. Baik dokter maupun pasien dapat turut berperan untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotik. Antibiotik hanya boleh diresepkan ketika infeksi bakteri telah terjadi. Hindari membeli antibiotik tanpa resep dokter. Selain itu, setiap pasien harus menyadari bahwa antiobiotik harus tetap diminum sesuai resep sampai habis meskipun gejala-gejala penyakit sudah hilang.