Apakah Anda pernah melihat buah hati Anda yang masih kecil bermain dengan “sosok yang tidak terlihat”? Seolah-olah mereka bermain dengan teman khayalan mereka yang mereka beri nama julukan. Tak jarang fenomena ini dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Bahkan seringkali fenomena seorang anak kecil yang memiliki teman khayalan sering dimunculkan dalam beberapa adegan film horor di bioskop.
Sebenarnya, memiliki teman khayalan merupakan hal wajar yang dapat dialami oleh buah hati Anda di usia pertumbuhan mulai dari usia 3 tahun hingga pra-remaja.
Dr. David Erickson, Ph.D., pakar psikologi anak dari Glenrose Rehabilitation Hospital di Edmonton, Canada dan Associate Clinical Professor of Pediatrics di University of Alberta mengatakan bahwa perilaku ini sering dialami oleh anak-anak karena keberadaan teman imajinasi ini memungkinkan mereka untuk keluar dari situasi yang sedang mereka jalani dan mereka membuat realita versi mereka sendiri yang mereka harapkan terjadi.
Anak dapat memiliki teman khayalan karena dipicu oleh adanya perubahan keadaan, seperti kelahiran adik, teman akrab yang pindah rumah, kematian dari orang yang tadinya dekat dengan anak, atau ketika anak mulai masuk sekolah. Keberadaan teman imajinasi ini dapat menjadi cara anak untuk mengeksplorasi dunianya yang baru.
Keberadaan teman khayalan ini memberikan anak perasaan memiliki kontrol penuh akan apa yang ada di sekelilingnya. Anak dapat memarahi, memuji, menasehati serta tidak akan merasa terancam oleh teman khayalannya ini. Anak bebas melakukan apa saja pada temannya yang tidak nyata ini, dan dapat membantu anak menghadapi kesendiriannya.
Hal ini biasa terjadi pada masa perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian dari Queen’s University, Ontario, Canada mengatakan sekitar 40-65% dari anak-anak berusia 3-5 tahun memiliki teman khayalan. Anak-anak yang memiliki teman khayalan justru cenderung tidak malu dan memiliki rasa percaya diri yang lebih dibanding anak-anak yang tidak memiliki teman imajinasi. Mereka juga lebih mampu memfokuskan perhatiannya dan melihat sesuatu dari cara pandang orang lain.
Penelitian dari Yale University menunjukkan bahwa anak yang memiliki teman khayalan kebanyakan adalah anak sulung dan anak tunggal.
Para orang tua tak perlu cemas ketika melihat buah hati Anda sedang bermain dengan teman khayalannya. Anak anda tidak sedang diganggu oleh makhluk halus, jadi tak usah terlalu khawatir. Sebaiknya para orang tua tak perlu melarang daya imajinasi anak ini. Justru keberadaan teman khayalan anak ini dapat membuat orang tua peduli terhadap apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan anak. Misalnya, anak berkata bahwa “temannya” tidak mau bermain di luar rumah atau di taman bermain, kemungkinan hal itu menunjukkan ketakutan anak itu sendiri untuk berinteraksi dengan anak lain atau dia tidak nyaman bermain bersama anak lain. Tak perlu orang tua mempertanyakan apakah teman imajinasi anak Anda itu nyata atau tidak atau mendiskusikannya dengan anak lainnya yang sedang berada di sekitar anak Anda.
Teman imajinasi anak ini biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar 6 bulan, terutama apabila anak sudah berhasil mengatasi masalah yang menjadi pemicu hadirnya teman imajinasinya ini, atau terjadi perubahan lingkungan sekitar anak. Biarkan anak bermain dengan berbagai barang yang tersedia di rumah bersama teman khayalannya, terutama memainkan objek yang semakin menstimulasi daya imajinasinya.
Teman khayalan merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak, terutama pada anak yang sering sendirian. Namun jika teman khayalan anak ini selalu ada hingga anak mulai bersekolah di sekolah dasar dan membuat anak Anda tidak memiliki teman , barulah orang tua perlu mengkhawatirkan hal ini dan berkonsultasi dengan psikolog anak.